kisah 7 orang Pemuda Dan Seekor Anjing
Kisah 7 orang pemuda & seekor anjing ( Kisah Langka yang Jarang Kita Dengar)
Kisah Ashhabul Kahfi
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) kisah ini dengan benar. Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami
tambahkan untuk mereka petunjuk.” (Al-Kahfi: 13)
Mereka adalah
sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yang
meyakini bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah subhanahu
wa ta’ala semata, mereka teguh di atas keyakinan yang benar tersebut.
Meskipun harus bertentangan dengan mayoritas kaum mereka yang berada
dalam kesesatan, dan kesyirikan (menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala
dengan sesembahan selain Allah subhanahu wa ta’ala).
Allah subhanahu wa ta’ala mengisahkan perkataan mereka di dalam firman-Nya:
“Lalu mereka pun berkata, “Rabb kami adalah Rabb seluruh langit dan
bumi, kami sekali-kali tidak menyeru (beribadah kepada) Rabb selain Dia,
Sesungguhnya kami kalau demikian (menyeru/beribadah kepada selain-Nya)
telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” Kaum kami
ini telah menjadikan selain Dia sebagai Rabb-Rabb (untuk disembah).
Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (Al-Kahfi: 14-15)
Jumlah
Mereka Adapun jumlah mereka sebagian ahli tafsir menguatkan bahwa
jumlah mereka tujuh orang dan yang ke delapan anjingnya, Allah
menyebutkan persangkaan orang-orang ahlul kitab tentang jumlah mereka.
Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Nanti (ada
orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang
keempat adalah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka)
adalah lima orang yang keenam adalah anjingnya,” sebagai terkaan
terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, “(Jumlah
mereka) tujuh orang, yang kedelapan adalah anjingnya.” Katakanlah,
“Rabb-ku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui
(bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah kamu
(Muhammad) berdebat tentang hal mereka, kecuali perdebat lahir saja dan
jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang
pun di antara mereka.” (Al-Kahfi: 22)
Berlindung di Gua
Setelah mereka sepakat bahwa tidak mungkin tetap tinggal bersama kaum
mereka yang menyembah berhala, maka para pemuda tersebut bermusyawarah
diantara mereka, dan memutuskan untuk berlindung di dalam sebuah gua
demi menyelamatkan akidah dan keyakinan mereka. Setelah sebelumnya
mereka berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala:
“Wahai Rabb
kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi
kami petunjuk yang lurus dalam urusan Kami (ini).” (Al-Kahfi: 10)
Lalu Allah subhanahu wa ta’ala pun mengabulkan doa mereka dan
memudahkan urusan mereka. Mereka berlindung di dalam sebuah gua yang
cukup luas sehingga mereka bisa tinggal dengan nyaman di dalamnya. Allah
juga menidurkan mereka di dalam gua tersebut, sebagaimana firman-Nya
(artinya):
“Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu.” (Al-Kahfi: 11)
Maksudnya Allah subhanahu wa ta’ala menidurkan mereka.
Penjagaan Allah terhadap Mereka
Para pembaca rahimakumullah, dalam tidurnya yang sangat panjang
tersebut Allah menjaga tubuh mereka agar tidak rusak. Di antara bentuk
penjagaan Allah subhanahu wa ta’ala adalah:
1. Sinar matahari
tidak masuk ke dalam gua, sehingga tidak langsung mengenai tubuh mereka,
dengan demikian mereka pun tidak merasa kepanasan dengan sengatan sinar
matahari.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan kamu
akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah
kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang
mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk
oleh Allah, maka dia lah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang
disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun
yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (Al-Kahfi: 18)
Para
pembaca rahimakumullah, sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa
mereka ditidurkan oleh Allah, namun dengan kekuasaan-Nya, Allah
menjadikan orang yang melihat mereka mengira bahwa mereka dalam
terbangun.
Sebagaimana di dalam firman-Nya (artinya): “Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur.” (Al-Kahfi: 17)
Mengapa demikian? Para ahli tafsir mengatakan hal itu terjadi karena
mata mereka terbuka. (lihat Tafsir as-Sa’diy) Wallahu a’lam.
2.
Penjagaan Allah agar tubuh mereka tidak dimakan tanah, yaitu dengan
dibolak-balik tubuh mereka dalam tidur panjangnya itu, sehingga tubuh
mereka tidak rusak dimakan tanah.
Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman: “Dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang
anjing mereka menjulurkan kedua kakinya di muka pintu gua.” (Al-Kahfi:
18)
3. Penjagaan Allah terhadap mereka dari orang-orang yang
ingin mendekati mereka dengan adanya rasa takut sehingga tidak berani
mendekati mereka.
“Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah
kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah
(hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.” (Al-Kahfi:
18)
Lama Mereka Tinggal di Gua
Mereka tinggal di dalam
gua itu dalam keadaan tertidur selama tiga ratus sembilan tahun (309
tahun), Allahsubhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan mereka tinggal dalam gua tersebut (selama) tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).”(Al-Kahfi: 25)
Lalu Allah subhanahu wa ta’ala membangunkan mereka agar saling
bertanya-tanya di antara mereka sudah berapa lamakah mereka tinggal di
dalam gua?
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan
demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara
mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sudah berapa
lamakah kamu berada (di sini?).” Mereka menjawab, “Kita berada (di
sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Rabb kalian
lebih mengetahui berapa lamanya kalian berada (di sini).” (Al-Kahfi:
19)
Kemudian mereka merasakan lapar, lalu diutuslah salah seorang di antara mereka dengan membawa uang perak untuk membeli makanan.
Maka didapati oleh pemuda tersebut negeri (yaitu negeri Diqsus) yang
sudah berubah, penduduknya pun telah berganti, tidak dia dapati lagi
pemerintah yang mengenali mereka, dan tidak seorang pun yang dia kenal
dari penduduk negeri tersebut.
“Maka suruhlah salah seorang di
antara kalian untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan
hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia
membawa makanan itu untuk kalian, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut
dan janganlah sekali-kali menceritakan hal kalian kepada seorang pun.
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat kalian, niscaya mereka
akan melempar kalian dengan batu, atau memaksa kalian kembali kepada
agama mereka, dan jika demikian niscaya kalian tidak akan beruntung
selama lamanya.
Dan demikian (pula) Kami mempertemukan
(manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah
itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya.”
(Al-Kahfi: 19-21).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar